Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun lebih dari 2% pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Harga minyak dunia anjlok kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat konflik di Timur Tengah antara Israel dan Hamas Palestina mereda sehari setelah produsen utama OPEC, Arab Saudi berjanji untuk membantu menstabilkan pasar.
Dikutip dari CNBC, Kamis (12/10/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1,83 atau 2,1%, menjadi USD 85,82 per barel. Sedangkan harga minyak AS Intermediate Texas Barat (WTI) turun USD 2,48, atau 2,9%, menjadi USD 83,49.
Harga minyak Brent dan WTI telah melonjak lebih dari USD 3,50 per barel pada perdaganagn Senin karena kekhawatiran bentrokan antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas yang akan mengganggu pasokan minyak global.
Harga minyak menetap sedikit lebih rendah pada perdagangan Selasa setelah Arab Saudi mengatakan pihaknya bekerja sama dengan mitra regional dan internasional untuk mencegah eskalasi, dan menegaskan kembali upayanya untuk menstabilkan pasar minyak.
“Baik WTI dan Brent melemah kemarin karena kekhawatiran akan gangguan pasokan yang tiba-tiba dan tidak terduga telah dikesampingkan untuk saat ini,” kata Analis PVM, Tamas Varga.
Rumah dagang Mercuria melihat harga minyak mencapai USD 100 per barel jika situasi di Timur Tengah semakin meningkat, wakil CEO Magid Shenouda mengatakan pada hari Rabu.
“Satu-satunya hal yang menjadi jelas bagi para pedagang energi adalah bahwa jalan menuju pemulihan pertumbuhan global semakin sulit,” kata Edward Moya, Analis Pasar Senior di OANDA.
“Konsumen AS melemah (dan) Jerman mungkin menuju ke arah yang lebih buruk. resesi yang lebih dalam,” lanjut dia.
Di Eropa, pemerintah Jerman memperkirakan perekonomian akan berkontraksi sebesar 0,4% tahun ini karena tingginya inflasi yang terus berlanjut.
Rusia dan Arab Saudi bertemu di Moskow pada hari Rabu, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa koordinasi OPEC+ akan terus berlanjut “untuk memprediksi pasar minyak.”
OPEC+ merupakan kemitraan antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.
Putin juga mendesak perusahaan untuk memprioritaskan pasar domestik Rusia. Larangan ekspor bensin dan beberapa solar di negara tersebut dibatalkan lagi pada minggu lalu karena ekspor solar yang tiba di pelabuhan melalui pipa diizinkan.
Di AS, harga produsen meningkat lebih dari perkiraan pada bulan September di tengah kenaikan biaya produk energi dan makanan, namun tekanan inflasi di tingkat pabrik terus mereda.
Investor AS akan menantikan rilis risalah pertemuan kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) bulan September yang akan dirilis pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk mengenai keputusan suku bunga di masa depan.
Kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa ia masih memperkirakan perekonomian AS akan mengalami soft landing, meskipun terdapat kekhawatiran tambahan yang disebabkan oleh situasi di Israel.
Ketidakpastian seputar arah perekonomian AS mendorong pejabat Federal Reserve mengambil sikap hati-hati pada pertemuan mereka bulan lalu, menurut risalah sesi 19-20 September.
Dalam sebuah laporan, Badan Informasi Energi AS (EIA) memproyeksikan persediaan minyak global akan turun sebesar 200.000 barel per hari pada paruh kedua tahun 2023 akibat pengurangan produksi sukarela dari Arab Saudi, seiring dengan penurunan target produksi di antara negara-negara OPEC+.
Exxon Mobil setuju untuk membeli Pioneer Natural Resources dari AS dalam kesepakatan seluruh saham senilai USD 59,5 miliar yang akan menjadikannya produsen cangkang Permian terbesar, ladang minyak terbesar di AS.